GEREJA KATEDRAL INKULTURATIF SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN PERSEKUTUAN UMAT

Authors

  • Firmus Setiadi STAKATN Pontianak

Keywords:

Kata kunci: gereja Katedral inkulturatif; persekutuan umat; Santo Yoseph Pontianak

Abstract

ABSTRAK

Katedral Pontianak telah berdiri sejak 9 Desember 1909, gereja ini merupakan gereja tertua di Paroki Keuskupan Agung Pontianak. Bangunan Katedral Pontianak sangat inkulturatif dirancang oleh seorang arsitek asli dari Kalimantan Barat yang didampingi oleh Tim Asistensi Pembangunan Gereja. Bangunan ini sedikit menyerupai kemegahan Basilika Santo Petrus Vatikan dan menjadi kebanggaan masyarakat Pontianak. Melalui  artikel  ini  hendak  dibahas  bagaimana  makna  bangunan  gereja Katedral Santo Yoseph Pontianak serta dampaknya terhadap perkembangan Persekutuan umat di Kota Pontianak dan sekitarnya. Metode Penelitian yang digunakan  adalah  metode  penelitian  kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan model Miles dan Huberman melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja Katedral Santo Yoseph Pontianak merupakan upaya untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada umat agar dapat lebih nyaman berbakti dan memuliakan nama Tuhan. Dengan berdirinya gereja Katedral ini, persekutuan  umat juga semakin baik. Hal ini terlihat jelas melalui kehadiran umat dalam perayaan Ekaristi setiap minggunya dan pada perayaan-perayaan lainnya. Selain itu, persekutuan umat juga terlihat baik lewat kegiatan-kegiatan di luar gereja baik di Wilayah maupun di lingkungan atau Kring. 

 

Kata kunci: gereja Katedral inkulturatif; persekutuan umat; Santo Yoseph Pontianak

Downloads

Published

2024-08-01

How to Cite

Setiadi, F. (2024). GEREJA KATEDRAL INKULTURATIF SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN PERSEKUTUAN UMAT. PORTA FIDEI, 1(2). Retrieved from https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/portafidei/article/view/464