Implementasi Tari Karo Dalam Liturgi Inkulturasi Berdasarkan Ideologi Mehamat Man Kalimbubu
DOI:
https://doi.org/10.52075/br.v3i2.382Keywords:
Adat Karo, Inkulturasi, Liturgi, Maba Belo Selambar, Mbaba KamplilAbstract
Inkulturasi Liturgi tidak bisa dipungkiri menjadi tema yang sangat signifikan dalam proses pewartaan iman Katolik di tengah bangsa-bangsa di dunia. Kebutuhan akan pentingnya memasukkan nilai-nilai budaya dalam liturgi Katolik menjadi sagat penting mengingat beragamnya budaya dan cara umat memahami iman Katolik. Menggunakan unsur-unsur budaya dalam liturgi Katolik menjadi alat bantu bagi umat untuk lebih memahami makna dan nilai dari kekatolikan itu sendiri . Budaya Karo adalah salah satu dari sekian banyak budaya di Indonesia yang menjadi topik dari penelitian ini. Penggunaan tari dalam ritus persiapan persembahan tampaknya dapat dilakukan dalam konteks inkulturasi liturgi melihat adanya kesamaan-kesamaan nilai dalam adat Karo maupun nilai dari ritus persembahan itu sendiri. Ideologi mehamat man kalimbubu dan bagaimana masyarakat Karo menghidupi nilai-nilai itu, tampak dalam penggunaan tari sebagai bentuk penghormatan mereka kepada kalimbubu, khususnya adalam ritus mbaba kampil. Ritus ini dapat digunakan sebagai dasar dari proses inkulturasi. Penggunaan tari Karo sebagai ekspresi ideologi mehamat man kalimbubu dalam ritus persembahan diharapkan dapat membuka pintu kepada pemahaman akan nilai-nilai kekatolikan. Selain itu, melibatkan komunitas Karo secara aktif dalam proses inkulturasi liturgi juga dapat menjadi langkah lebih lanjut. Memungkinkan partisipasi langsung dari umat dalam menyelenggarakan ibadah dengan sentuhan budaya lokal mereka sendiri dapat meningkatkan rasa memiliki dan kedekatan spiritual. Hal ini bisa mencakup penggunaan bahasa lokal dalam doa-doa atau pembacaan kitab suci, sehingga memudahkan umat Karo untuk meresapi ajaran Katolik dalam konteks budaya mereka.
References
Bangun, K., n.d. Adat dan Budaya.
Tersedia pada: httpswww.karokab.go.ididprofiladat-dan-budaya1126-maba-belo-selambar
Barus, N. N. & Sitepu, Y. S., 2023. Gaya Komunikasi
Mehamat Man Kalimbubu dalam Adat. Jurnal Simbolika, pp. 80-90.
Clarissa, M., 2017. Paroki Tomang Gereja Maria Bunda Karmel.
Tersedia pada: https://www.parokimbk.or.id/warta-minggu/kolom-iman/10-09-2017-makna-liturgi-ekaristi-bagian-1/[Diakses: 12 Desember 2023].
Ginting, A., 2022. Tersedia pada: httpswww.bing.comcka!&&p=98ce4ee7191a0d2cJmltdHM9MTcwNDQ5OTIwMCZpZ3VpZD0yNjQ0YTQzNC1kMTNkLTZmMTctMzlmNy1iN2ViZDA2YjZlZTUmaW5zaWQ9NTE5MQ&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=2644a434-d13
Listiati, I., 2017. Tersedia pada: https://sanyospwt.com/2017/06/14/ekaristi-sebagai-sumber-dan-puncak-kehidupan-kristiani/
[Diakses: 1 Januari 2024].
Pasaribu, J., 2018. Nyanyian Mbaba Kampil pada
Upacara Adat Perkawinan Karo di Kota Medan: Kajian Struktur Musik dan Makna Tekstual, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Prints, D., 2004. Adat Karo. Medan: Bina Media
Perintis.
Putri, I. A. F., 2022. Ekaristi Menurut Gereja Roma
Katolik (Studi Kasus: Jemaat Gereja Santo Barnabas, Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah .
SPLIT.QUOTE, 2018. Tersedia pada: https://splitquotes.wordpress.com/2018/09/01/sejarah-misa-kudus/[Diakses: 1 Januari 2024].
STIE STEKOM, n.d. Tersedia pada: https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Misa_Tridentina
[Diakses: 3 Januari 2024].
Tambun, T., 2014. Tigan Tambun. Tersedia pada: https://www.youtube.com/watch?v=DpBCnQYfne0
[Diakses: 3 Januari 2024].
Thedens, Y., 2012. Tersedia pada: https://yohanesthedens.wordpress.com/2012/11/06/selayang-pandang-praktek-liturgi-pra-konsili-vatikan-ii-dan-post-konsili-vatikan-ii/[Diakses: 1 Januari 2024].
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Duen Ginting, Purwanti Purwanti, Yohanes Dona, Antonius Yuan Fimanda, Marianus Daslan, Orlinus Oyan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.