Borneo Review https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review <p><strong>Borneo Review: Jurnal Lintas Agama dan Budaya</strong> is religious dan cultural interdisciplinary studies that welcoming and acknowledging theoretical and empirical research papers and literature reviews from researchers, academics, professional, practitioners and students.This publication concern includes studies of world religions such as <em>Christianity, Buddhism, Hinduism, Judaism, Islam</em> and other religions. Interdisciplinary studies may include the studies of religion in the fields of<em> anthropology, sociology, philosophy, psychology,</em> and other <em>cultural</em> studies. The article manuscript can be written in <em>Bahasa Indonesia</em> or <em>English</em>.</p> en-US pherkulanus@gmail.com (Herkulanus Pongkot) meman86@gmail.com (Oktavianey GPH. Meman) Fri, 22 Nov 2024 04:32:26 +0000 OJS 3.2.1.1 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Allah Dalam Budaya Bejopai Nugal (Nilai-Nilai Keilahian dalam Budaya Bejopai Nugal Suku Dayak Kubint) https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/477 <div><span lang="EN-US">Terdapat berbagai budaya di suku Dayak Kubint yang masih terus dilestarikan hingga saat ini. Salah satunya adalah budaya <em>bejopai nugal</em>. Sebagai tradisi turun-temurun, masyarakat suku Dayak Kubint melakukan budaya <em>bejopai nugal</em> untuk menandai musim tanam yang akan dilakukan di ladang. Terdapat tiga kegiatan penting dalam budaya <em>bejopai nugal</em>, yaitu pemberkatan benih beserta alat-alat yang digunakan; pembagian tugas; dan <em>ngumpan gana tanah arai</em>. </span>Peneliti akan mengeksplorasi nilai-nilai keilahian dalam budaya bejopai nugal suku Dayak Kubint <span lang="EN-US">dan </span>menguraikan tentang konflik yang dihadapi masyarakat dalam mempertahankan budayanya tetapi tetap setia juga pada kepercayaan agamanya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan alat pengumpulan data berupa wawancara. Nilai-nilai keilahian pada pemberkatan benih beserta alat-alat yang digunakan pada budaya <em>bejopai nugal</em> adalah Allah merupakan sumber berkat utama bagi manusia. Nilai-nilai keilahian pada pembagian tugas adalah Allah menciptakan manusia sebagai perempuan dan laki-laki yang memiliki keunikannya masing-masing untuk saling melengkapi dan membantu. Nilai-nilai keilahian pada <em>ngumpan gana tanah arai</em> adalah Allah merupakan dasar, dan segala sesuatu yang ada didunia ini bersumber dari Allah. Terdapat masalah besar tentang konflik antara kepercayaan tradisional <span lang="EN-US">dengan </span>ajaran <span lang="EN-US">G</span>ereja Katolik<span lang="EN-US">. Hal ini dapat dilihat dari budaya <em>bejopai nugal</em> yang diawali dengan melakukan doa bersama-sama untuk memohon berkat kepada Tuhan. Tetapi diakhiri juga dengan kegiatan untuk memberi makan kepada roh-roh tanah dan air. Hasil penelitian ini penting agar </span>masyarakat suku Dayak Kubint dapat mengintegrasikan iman secara penuh kepada Tuhan dengan budaya lokal, sehingga tercipta sebuah persekutuan yang kuat, berakar pada tradisi tetapi berlandaskan pada ajaran Kristen yang sejati.</div> Monika Anisa Putri A, Martinus, Herkulanus Pongkot Copyright (c) 2024 Monika Anisa Putri A, Martinus, Herkulanus Pongkot https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/477 Fri, 22 Nov 2024 00:00:00 +0000 Sekilas tentang Dayak [Pangin] Orung Da’an di Desa Nanga Raun Kabupaten Kapuas Hulu https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/504 <table> <tbody> <tr> <td width="560"> <p>The primary aim of this research article is to thoroughly explore and articulate the significance of Dayak Orung Daan within the diverse Dayak tribes in Kapuas Hulu, West Kalimantan. Dayak Orung Daan embodies invaluable cultural, historical, and traditional wisdom that must be conserved and seamlessly integrated into human cultural life systems. This integration is imperative in light of the potential erosion of cultural values amidst rapid development. The article seeks to illuminate the socio-cultural dimensions of Dayak Orung Daan, encompassing both historical and contemporary perspectives. The study employed ethnographic methods, including observations, resident interviews, and document and literature analysis. The research revealed substantial socio-cultural wealth in the life, history, belief systems, and philosophy of Dayak Orung Daan. Furthermore, it highlighted the enduring presence of cultural traditions governing the social order of the Dayak Orung Daan community amid social disruption.</p> <p>Keywords: Dayak Orung Daan, socio-cultural, disruption</p> </td> </tr> </tbody> </table> Gustaf Hariyanto, Florensius Sutami, Florentina Copyright (c) 2024 Gustaf Hariyanto, Florensius Sutami, Florentina https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/504 Fri, 22 Nov 2024 00:00:00 +0000