Borneo Review
https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review
<p><strong>Borneo Review: Jurnal Lintas Agama dan Budaya</strong> is religious dan cultural interdisciplinary studies that welcoming and acknowledging theoretical and empirical research papers and literature reviews from researchers, academics, professional, practitioners and students.This publication concern includes studies of world religions such as <em>Christianity, Buddhism, Hinduism, Judaism, Islam</em> and other religions. Interdisciplinary studies may include the studies of religion in the fields of<em> anthropology, sociology, philosophy, psychology,</em> and other <em>cultural</em> studies. The article manuscript can be written in <em>Bahasa Indonesia</em> or <em>English</em>.</p>Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianaken-USBorneo Review2830-5159Penerapan Paradigma Etika Antroposentrime Moderat dan Eksistensialisme Martin Heidegger dalam Pembagunan IKN
https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/300
<p><em>This research focuses on the application of the ethics of Moderate Anthropocentrism and Martin Heidegger's Existentialism in the development of the new IKN in East Kalimantan. So far, development in Indonesia has paid little attention to environmental impacts and the existence of other humans. Development in Indonesia tends to be exploitative and development orientation is centered on human interests alone, without being based on sustainable development. A shallow understanding of the meaning of Anthropocentric and existentialist causes social inequality, uneven development and many environmental problems. Therefore, the application of Moderate Anthropocentrism ethics and Martin Hiedegger's deep Existentialism meaning in the development of the new IKN helps humans as the center of life to treat nature and others fairly and responsibly. The development of the capital city pays more attention to the balance between human interests and environmental sustainability. Thus, the development of IKN will be sustainable and the new IKN can become an effective and efficient economic center. The method used in the research is qualitative method through literature study. This research found that the application of Martin Hiedegger's Moderate Anthropocentrism and Existentialism ethics has great implications in building IKN, namely sustainable development goals (SDGs). This research contributes to the improvement of human resources (HR) and strict sanctions for violators of the IKN Law.</em></p>Irenius Bima
Copyright (c) 2024 Irenius Bima
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-06-302024-06-303111110.52075/br.v3i1.300A ANALISIS FENOMENOLOGI: ETNOGRAFIS KAMPOENG HERITAGE KAJOETANGAN MALANG INDONESIA
https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/237
<p>Fokus dalam penelitian fonomenologis-etnografis ini adalah menganalisis Kampoeng Heritage Kajoetangan di kota Malang Indonesia. Kampung ini merupakan warisan sejarah yang kaya akan nilai, sistem hidup, historisitas dan kearifan lokal yang patut dilestarikan, diabadikan dan dimaknai dalam sistem kehidupan manusia yang membudaya. Hal ini dikarenakan warisan budaya saat ini telah mengalami banyak perubahan baik bentuk dan tampak serta nilai akibat perkembangan zaman yang juga kian momodifikasi nilai luhur suatu budaya. Penelitian ini bertujuan melihat kebermaknaan nilai budaya dalam Kampoeng Heritage Kajoetangan, perubahan sistem hidup dan perkembangan nilai yang patut mendapat perhatian, apresiasi dan museum penghargaan. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah abservasi langsung dengan wawancara beberapa penduduk setempat dan kemudian dikomparasikan dengan konsep historisitas budaya melalui sumber literaur ilmiah. Penulis menemukan bahwa Kampoeng Heritage Kajoetangan memiliki banyak nilai kehidupan, historisitas sejarah, sistem kehidupan sosio kultural serta konsep hidup yang sarat akan nilai dan makna. Kebaruan yang ditemukan adalah adanya perubahan sistem warisan budaya yang digunakan kini sebagai tempat wisata sejarah tempo dulu namun dengan gaya budaya yang lebih modern kontemporer.</p>Yohanes Alfrid AlianoNikodemusKristoforus Immanuel Magun Kedang
Copyright (c) 2024 Yohanes Alfrid Aliano, Nikodemus, Kristoforus Immanuel Magun Kedang
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-06-302024-06-3031122710.52075/br.v3i1.237Panglima: Sosok Pemimipin Ideal dalam Pandangan Masyarakat Dayak (Diskursus Filosofis Berdasarkan Pemikiran Machiavelli terhadap Kepemimpinan Panglima Jilah, Pemimpin Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng)
https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/232
<p>The focus of this paper is a philosophical discourse on the figure of the Panglima as an ideal leader in the beliefs of the Dayak people based on Marchiavelli's thoughts in his work, "Il Principe". An ideal leader who is wise and prudent and pays attention to the people or those he leads has always been everyone's dream. But in reality, what is often experienced by a group of organizations or even a country is usually a leader who is corrupt, dishonest and even harms the citizens of his country or the group he leads. Marchiavelli, in his book Il Principe reveals that a leader is required to be wise and firm to run and maintain his government, even in a way that is even somewhat cruel. The purpose of this paper is to find the deepest meaning of the figure of "Panglima" as the ideal leader in the Dayak community. The method used is elaboration based on Marchiavelli's philosophical thoughts about a leader towards the leadership of Panglima Jilah: Leader of the Red Army Tariu Borneo Bangkule Rajakng. Panglima Jilah appears as a leader of the Dayak Ormas group who is down to earth, listens to complaints, embraces those who are far away, and he also teaches Dayak wisdom values. On another occasion, Panglima Jilah also did not hesitate to go into the field to defend the rights of the Dayak people who experienced oppression and injustice or when Kalimantan's forests and nature were destroyed. This is the figure of the "leader" referred to by Machiavelli.</p>Fransesco Agnes RanubayaDominikus IrpanFX. Eko Armada RiyantoYohanes I Wayan Marianta
Copyright (c) 2024 Fransesco Agnes Ranubaya, Dominikus Irpan, FX. Eko Armada Riyanto, Yohanes I Wayan Marianta
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-06-302024-06-30312835GERAKAN MENANAM POHON DURIAN SEBAGAI MISI KEUSKUPAN SINTANG DALAM MENERAPKAN ECO-ETIKA (Tinjauan Ekologis Berdasarkan Ensiklik Laudato Si 138-139)
https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/224
<p>Fokus studi ini menaruh perhatian pada gerakan penanaman pohon durian yang dilaksanakan oleh Keuskupan Sintang dalam mewujudkan misinya. Salah satu misi Keuskupan Sintang ialah memelihara dan memulihkan lingkungan hidup. Menanam pohon durian adalah salah satu upaya untuk memulihkan lingkungan hidup melalui manfaatnya. Menanam pohon durian memiliki hubungannya dengan etika lingkungan hidup yaitu terdapat dalam Ensikik Laudato Si Art. 156-158. Menanam pohon durian mengandung nilai terhadap lingkungan hidup yaitu mendukung prinsip-prinsip kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem. Tujuan studi ini ialah untuk menemukan adanya manfaat dari penanaman pohon durian bagi eco-etika. Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah metodologi kualitatif kepustakaan yang membahas tentang manfaat pohon durian bagi etika lingkungan hidup. penulis mengumulkan data dan menganalisa buku dan artikel yang berhubungan dengan manfaat dan nilai pohon durian bagi eco-etika. Studi ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara menanam pohon durian dengan eco-etika. penanaman pohon durian membantu menjaga kelestarian alam yang sudah rusak. Begitu sebaliknya, Eco-etika juga menuntut setiap individu untuk memiliki sikap terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Untuk sampai pada penerapan eco-etika, penanaman pohon durian dilihat dari manfaatnya bagi lingkungan.</p>hendrikus pebriantinus liman
Copyright (c) 2024 hendrikus pebriantinus liman
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-06-302024-06-3031364410.52075/br.v3i1.224The HUTAN DIBABAT MANUSIA MELARAT (Tinjauan Etika Relasionalitas Manusia Dayak dan Alam)
https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/borneo-review/article/view/220
<p>Karya tulis ini meletakkan fokus pada fenomena krisis penggundulan hutan yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia Dayak. Terminologi hutan di sini mengacu pada dinamika kesempurnaan hidup manusia Dayak dalam tinjauan etika relasionalitas manusia dan alam. Telaah ini ingin memberikan penjelasan mengenai pengelolaan hutan saat ini dan dampaknya bagi kehidupan manusia suku Dayak. Realita saat ini ditemukan bahwa ada oknum manusia yang tidak memiliki sikap bertanggung jawab dalam mengelola hutan. Manusia terlalu jauh menggunakan kebebasan individunya dengan cara yang tidak menunjukkan sikap etis terhadap hutan. Kebebasan dalam bertindak tersebut menunjukan sikap yang tidak ekologis terhadap lingkungan. Metodologi yang digunakan dalam studi ini yaitu kualitatif-deskriptif. Studi ini menemukan bahwa hutan Kalimantan sekarang memiliki tendensi pada kerusakan dan pengaruhnya yang sangat besar bagi kesempurnaan hidup manusia suku Dayak itu sendiri. Hanya ketika mencapai alam yang lestari dan indah manusia akan menjadi harmonis. Konsep relasi manusia dengan alam sangat relevan dengan hakikat kehidupan. Konsep relasi manusia dengan alam sangat relevan dengan hakikat kehidupan.</p>Hermanto RockyArmada Riyanto
Copyright (c) 2024 Hermanto Rocky, Armada Riyanto
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-06-302024-06-3031455610.52075/br.v3i1.220