http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/issue/feed PROSIDING PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEAGAMAAN 2024-01-28T15:06:06+00:00 Open Journal Systems <p><em><strong>Prosiding Penelitian dan Pengabdian Keagamaan</strong></em> is a proceeding created to facilitate the publication of research results and community service in religion: <em>Catholic, Islam, Protestant, Hindu, Budha</em> and other religious studies which are presented in national and international seminars organized by the Pontianak State STAKat every year.</p> http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/313 Moderasi Beragama: Memahami Masalah dan Membangun Kepercayaan dalam Mengatasi Konflik di Sekolah Negeri 2023-11-13T09:23:41+00:00 Bartolomius Acong bartolomius.acong1@gmail.com <p>Makalah ini mengangkat topik tentang Moderasi Beragama: Memahami Masalah dan Membangun Kepercayaan dalam Mengatasi Konflik di Sekolah Negeri. Tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain: mendeskripsikan langkah-langkah dan cara dalam mengatasi konflik karena intoleransi dan radikalisme pada sekolah negeri. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini, yaitu metode deskriftif kualitatif, populasi dan sampel adalah warga sekolah, khusunya peserta didik, guru dan kepala sekolah, Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara. Setidaknya terdapat dua langkah dalam mengatasi konflik di sekolah negeri, yaitu memahami masalah dan membangun kepercayaan antar sesama ditengah perbedaan dan kesenjangan yang terjadi. Pertama-tama seseorang (warga sekolah) harus memahami apa akar dari permasalahan atau konflik tersebut. Pentingnya memahami masalah dalam konflik adalah, agar dapat mengetahui akar dari permasalahan yang ada, mampu menilai dan menyimpulkan masalah berdasarkan panca Indera. Orang yang bijaksana, adalah mereka yang mampu menilai suatu tindakan baik dan buruk sejalan dengan hati nuraninya. Sehingga Ketika seseorang tersebut dapat memahami permasalahan, maka ia akan dapat mencari solusi dalam mengatasi permasalahan atau konflik yang ada. Kedua, membangun kepercayaan antar sesama. Konflik terjadi karena adanya rasa tidak percaya, ragu, curiga, dan tidak sejalan dengan seseorang ataupun kelompok. Penyebab adanya rasa curiga dan kedidakpercayaan antara individu maupun kelompok adalah karena mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Orang yang tidak saling mengenal satu sama lain akan sulit untuk saling percaya. Kepercayaan dibangun atas dasar saling mengenal, sehingga ada pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Sebab orang yang saling mengenal satu sama lain akan mudah memahami. Setelah keduanya dapat saling memahami, maka kepercayaan antara keduannya akan terbangun sehingga dapat menghindari dan mengatasi terjadinya konflik. Konflik dapat terjadi dimanapun dan kapanpun tanpa melihat waktu. Konflik seringkali terjadi pada lembaga Pendidikan, khusunya sekolah negeri. Intoleransi dan radikalisme merupakan konflik yang terjadi pada kaum minoritas di sekolah negeri, dan akibatnya adalah diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Terdapat dua cara dan langkah-langkah dalam mengatasi konflik, yaitu memahami masalah dan membangun kepercayaan antar sesama. Sebab rasa saling percaya merupakan dasar untuk menghindari rasa curiga dan perselisihan. Makalah ini mempunyai implikasi dalam memberi pemahaman terhadap pentingnya moderasi beragama di sekolah negeri, agar tidak ada diskriminasi yang terjadi pada kelompok minoritas.</p> 2023-11-28T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/315 Kepemimpinan Pastoral terhadap Umat Perantau di Camp Sona, Paroki Keluarga Kudus Pandan, Keuskupan Sintang 2023-11-13T09:24:58+00:00 Arkadius Roga arkadiusroga12@gmail.com <p>Perhatian kepada anggota Gereja yang merantau menjadi hal yang penting bagi Gereja untuk membina dan merawat iman yang telah tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menyadarkan pentingnya pelayanan kepada anggota Gereja yang merantau di suatu wilayah tertentu dan kewajiban anggota Gereja yang merantau tersebut untuk melaporkan diri dan keluarga kepada pastor paroki. Dengan menggunakan pendekatan penelitian perpustakaaan, penelitian ini menemukan gaya kepempinan yang khas, khususnya dalam struktur kepempinan untuk mencapai pelayanan yang optimal kepada anggota Gereja yang merantau yang berdomisili di suatu tempat.</p> 2023-11-28T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/319 Mewujudkan Toleransi melalui Moderasi Beragama Dalam Pandangan Gereja Katolik 2023-11-13T10:55:44+00:00 Bernadus Woda bernad.woda84@gmail.com <p>Sampai saat ini sikap intoleransi dan radikalisme masih menjadi masalah yang terus mengakibatkan kekacauan dan secara tidak langsung dapat merusak kerukunan dan kesatuan bangsa Indonesia. Gerakan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah Moderasi Beragama. Dalam pandangan gereja katolik, konsep moderasi beragama bersumber dari ajaran iman yaitu Kitab Suci dan Magesterium Gereja. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk Mewujudkan Toleransi melalui Moderasi Beragama dalam Pandangan Gereja Katolik. Penulisan ini menggunakan pendekatan studi kepustakaan (library research) dengan metode deskriptif. Kajian ini menggunakan kombinasi metode dalam proses pengumpulan data. Objek yang diteliti dalam penulisan ini adalah pandangan gereja Katolik mengenai konsep dan pemahaman moderasi beragama dalam usaha mewujudkan toleransi. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Ajaran Nostra Aetate tentang Hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama bukan kristen, terlihat dengan sangat jelas bagaimana cara pandang dan sikap gereja katolik yang dengan penuh terbuka menerima semua nilai kebenaran dan kesucian dari semua agama yang ada di dunia demi terwujudnya kehidupan yang harmonis dan penuh toleransi sebagai satu saudara (Nostra Aetate Art. 2). Impikasinya adalah bagi gereja Katolik memberikan program pembinaan iman melalui katekese umat, membuka dialog dan kerjasama dengan para pemuka agama lain, memberikan kegiatan penguatan dalam program anti perundungan dan anti kekerasan lebih serius dan berkesinambungan tentang bahaya radikalisme di kalangan pelajar; bagi pemerintah memperkuat kebijakan yang tepat dan efektif dalam mendukung terciptanya kerukunan dan toleransi hidup beragama, memberikan penguatan moderasi beragama yang terencana dan sistematis secara berkesinambungan, mengoptimalkan peran lembaga Forum Kerukunan Umat Beragama.</p> 2023-11-28T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/323 Moderasi Beragama dalam Ajaran Kristus 2023-11-15T15:22:27+00:00 Paulus Ajong paulus.ajong4t@gmail.com <p>Agama adalah sumber nilai-nilai luhur dan mulia. Semua agama mengandung nilai-nilai universal yang bisa menjadi dasar dan tolok ukur untuk mendukung kehidupan yang memanusiakan. Semakin orang beragama dan taat pada ajaran agamanya, maka semakin kehidupan umat beragama semarak dengan nilai-nilai kemuliaan: kasih, berkat, hikmat dan kebijaksanaan. Namun, sangat disayangkan, ada kecenderungan realitas kehidupan beragama justru memperlihatkan kenyataan yang berbeda. Agama yang sejatinya sumber keluhuran dalam cinta kasih dan berkat, justru menjadi sumber perpecahan dan konflik. Untuk mengetahui berbagai faktor penyebab, perlu dilakukan penelitian. Tujuan penelitian untuk menahami akar masalah munculnya sikap-sikap ekstrim dalam memahami agama. Sehingga dipandang perlu untuk mencari bentuk moderat dalam beragama.&nbsp; Untuk itu, metodologi yang dipergunakan&nbsp; dalam penenlitian ini adalah pendekatan hermeneutik-komparatif dengan teknik studi kepustakaan dan wawancara. Berdasarkan penelitian dimaksud: salah satu penyebab realitas prakek agama tidak sejalan nilai keluhuran agama adalah terkait bagaimana pendekatan terhadap teks kitab suci.&nbsp; Ada kecenderungan penganut agama bisa terjebak di antara dua pandangan ekstrim. Akibatnya pandangan keagamaan antara menjadi radikal atau liberal. Semua pandangan keagamaan ekstrim itu bersifat problematis. Diperlukan suatu pendekatan moderat atau jalan tengah, yang memungkinkan terjadinya dialog antara teks dan konteks di tengah realitas ciri khas masyarakat Indonesia yang majemuk. Pendekatan moderat bisa menjadi jembatan antara teks kitab suci dan konteks pembaca teks, serta perlunya menjadikan nilai-nilai universal dari teks kitab suci sebagai pondasi moderasi beragama dalam masyarakat majemuk.</p> 2023-11-29T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/321 Learning Loss: Kala Pandemi Menghilangkan Momentum Siswa Belajar Memahami Heterogenitas Keagamaan 2023-11-13T11:05:58+00:00 Syamsul Kurniawan syamsulkurniawan001@gmail.com Ria Mutiani ria.mutiani42@gmail.com <p>Latar belakang artikel ini adalah <em>learning loss </em>saat pandemi yang berdampak pada siswa yang kehilangan momentum belajar memahami heterogenitas keagamaan di sekitarnya. <em>Setting</em> penelitiannya di SDN 75 Pontianak Barat selama masa pandemi. Sekolah Dasar ini dipilih karena dari segi komposisi siswanya sangat multikultural, dengan minoritas non-muslim, sehingga sebenarnya sangat relevan untuk kebutuhan pembelajaran tentang heterogenitas keagamaan. Namun komposisi ini sama sekali tidak bisa dijadikan modal apapun yang produktif dalam kaitannya dengan kebutuhan tersebut selama masa pandemi. Artikel ini ditulis berangkat dari hasil penelitian empiris yang kami lakukan sepanjang tahun 2021. Pengumpulan data penelitian secara kualitatif. Sementara dalam menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan mengubah sumber-sumber data ini empirik lainnya yang oleh Matthew B. Miles dan A.M Huberman disebut sebagai proses mengkondensasi data, kami mengubah data yang sebelumnya menguap menjadi lebih padat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi learning loss selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan di SDN 75 yang kemudian berdampak tidak optimalnya siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibangun untuk memahami heterogenitas keagamaan di sekitarnya. Penyebabnya: satu, pembelajaran jarak jauh (PJJ) kurang optimal dalam membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa sejalan dengan kebutuhan memahami heterogenitas keagamaan; dua, belum tersedianya <em>blue print </em>yang memungkinkan PJJ bisa berlangsung sama optimalnya dengan kelas-kelas tatap muka (luring) dalam membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sadar tentang heterogenitas keagamaan; dan tiga, keterbatasan fasilitas dan sumber daya mengakibatkan kendala-kendala teknis dalam belajar secara PJJ, yang berdampak kurang optimalnya pengalaman belajar siswa dalam memahami heterogenitas keagamaan.</p> 2023-11-29T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/325 Efektifitas Penetapan Kampung Moderasi terhadap Toleransi Hidup Beragama di Kabupaten Kapuas Hulu 2023-11-15T15:24:03+00:00 Wilhelmus Sukur monsynana1@gmail.com <p>Di tengah hadirnya ekstrim kiri yang melahirkan fanatisme dan ekstrim kanan yang menghadirkan radikalisme bahkan terorisme, moderasi agama adalah jalan Tengah untuk mencapai kata sepakat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dalam bingkai toleransi beragama. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang plural sangat diperlukan sebuah titik keseimbangan agar tidak terjadi konflik yang berlandaskan agama. Sebuah keniscayaan besar apabila wajah agama yang mulia dan agung yang menghadirkan kedamaian dan cinta kepada seluruh manusia malah terjerumus dalam pemaknaan bergama yang berwajah garang, kasar bahkan menakutkan. Kementerian agama sudah menetapkan 1000 kampung moderasi di seluruh wilayah Indonesia. Kebijakan ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap maraknya aksi kekerasan atas nama agama dan bahaya intolerasi yang mengancam eprsatuan dan kesatuan bangsa. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk edukasi sekaligus membangun kesadaran Bersama akan pentingnya hidup Bersama tanpa harus memaksa sekaligus mengklaim ajaran agamanya sebagai satu-satunya yang benar. Yang dibangun adalah penghargaan bukan pengagungan bersebihan yang berujung fanatisme dan radikalis. Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebuah wilayah yang keadaan masyarakatnya sangat majemuk. Di Tengah keadaan demikian, Kemenag Kabupaten Kapuas Hulu Bersama pemerintah meyambut baik program 1000 kampung moderasi di seluruh Indonesia. Kapuas Hulu menetapkan 2 (Dua) desa sebagai kampung moderasi yaitu desa Sibau Hulu Kecamatan Putussibau Utara dan desa Kedamin Darat Kecamatan Putussibau Selatan. Penetapan Kampung moderasi di wilayah Kapuas Hulu akan memberikan nilai edukatif sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesadaran hidup Bersama dalam perbedaan. Akan tetapi salah satu hal yang dikaji adalah perihal urgensi kebijakan kampung moderasi di tengah wilayah yang tidak memiliki catatan konflik agama dan munculnya fanatsime serta radikalisme. Namun sebagai bentuk pencegahan dini agar fanatisme dan radikalisme tidak meracuni kebersamaan dan persatuan Masyarakat di Kapuas Hulu.</p> 2023-11-29T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/326 Hoax dan Nilai Toleransi Beragama di Kota Pontianak : Effect dan Urgency 2023-11-15T15:24:40+00:00 Rezkie Zulkarnain rerekirey89@gmail.com Exnasia Retno Palupi Handayani exnasiahandayani@unukalbar.ac.id <p>Di Kalimantan Barat, khususnya kota Pontianak, memiliki keanekaragaman suku, budaya, dan agama, sehingga jalinan sosial antar masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda ini sangatlah tinggi. Oleh karena itu, potensi untuk perselisihan sangatlah tinggi apalagi jika ditambah dengan adanya berita bohong yang menyudutkan salah satu kelompok. Penelitian ini membahas pentingnya nilai toleransi beragama terhadap penyebaran <em>hoax</em> yang marak terjadi saat ini. Adapun tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh dan kepentingan <em>hoax</em> terhadap nilai toleransi beragama di Kota Pontianak. Metode yang digunakan adalah <em>mixed method dengan d</em>esain S<em>equential Explanatory Design. </em>Sampel yang dipilih yaitu anggota komunitas Tepelima yang mewakili agama Islam, Protestan, Katolik, Konghucu, Hindu, dan Budha. Alat Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini kuisioner yang telah divalidasi oleh ahli dan diikuti dengan wawancara mendalam. Hasil Penelitian menunjukkan bukti bahwa ada pengaruh yang positif antara <em>hoax </em>dan nilai toleransi beragama. Pengaruh <em>hoax </em>terhadap nilai toleransi beragama ditandai dengan adanya kesadaran masyarakat untuk segera menangkal <em>hoax, </em>memupuk kebersamaan, dan semakin mempererat persaudaraan antar sesama organisasi termasuk di dalam komunitas itu sendiri. Terlebih anggota komunitas sangat peduli terhadap keberagaman di Kota Pontianak sebagai perwujudan nilai-nilai toleransi umat beriman khususnya bagi kaum muda. Bentuk kepedulian yang ditunjukkan oleh masyarakat yakni dengan sikap saling menghargai dan menghormati sesama. Dengan demikian wujud toleransi beragama menjadi suatu <em>urgency </em>yang diharapkan agar <em>hoax</em> tidak menimbulkan perpecahan antar umat beragama.</p> 2023-11-29T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/327 Maria dari Dua Perspektif: Suatu Studi Perbandingan 2023-11-15T15:25:13+00:00 Oktavianey GPH. Meman memanrein6@gmail.com Mukarramah mukarramah mukarramahgry@gmail.com Varetha Lisarani betzyvarethalisarani@gmail.com <p>Pembahasan mengenai sosok Maria merupakan salah satu topik yang sering muncul dalam dialog agama baik Katolik maupun Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan bagaimana perspektif calon Guru Pendidikan Agama Katolik mengenai Bunda Maria 2. Mendeskripsikan bagaimana perspektif calon Guru Pendidikan Agama Islam mengenai Siti Maryam. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara yang dilanjutkan dengan FGD (<em>Focus Group Discussion</em>). Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Perspektif calon guru Agama Katolik terhadap Bunda Maria yaitu berdasarkan empat dogma; 2) Perspektif calon guru Agama Islam terhadap Maria secara rinci dijelaskan pada beberapa surah dalam Al-Quran. Persamaan perspektif calon pendidik Agama Katolik dan Islam terdapat pada keperawanan Maria saat melahirkan Yesus, juga Maria adalah wanita yang dimuliakan dan diyakini menjadi penghuni surga. Perbedaan perspektif mengenai Maria antara lain: calon Guru Agama Islam mempercayai bahwa Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, sehingga berbeda dengan umat Katolik yang percaya bahwa Maria adalah Bunda Allah. Calon guru Agama Katolik juga mempercayai bahwa Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan tubuhnya, Maria dibebaskan dari dosa asal, dan Maria tetap perawan setelah melahirkan Yesus.</p> 2023-11-29T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/328 Moderasi Beragama Sebagai Landasan Toleransi dalam Kehidupan Masyarakat Majemuk 2023-11-15T15:25:51+00:00 Antonius Berito Doko Antonius_doko83@gmail.com <p>Moderasi beragama berarti penguasaan diri dari sikap sangat berlebihan dan kekurangan serta mengurangi kekerasan dan menghindari keesktreman. Moderasi beragama kemudian dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama. Dalam konteks beragama, sikap moderat sebagai pilihan untuk memiliki cara pandang, sikap&nbsp; dan perilaku di tengah-tengah di antara pilihan ekstrem yang ada, sedangkan ekstremisme beragama adalah cara pandang, sikap, dan perilaku melebihi batas-batas moderasi dalam pemahaman dan praktik beragama. Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, terutama dalam kehidupan masyarakat majemuk. Pilihan pada moderasi dengan menolak ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi terpeliharanya peradaban dan terciptanya kedamaian. Dengan cara ini kehidupan masyarakat majemuk dapat memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni. Tujuan dari pemaparan ini adalah mengetahui sejauh mana, masyarakat memahami tentang moderasi beragama serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan adalah wawancara terhadap masyarakat yang beragam. Maka dengan ini moderasi beragama sebagai landasan tolerasi untuk kehidupan beragama di masyarakat sangat penting untuk menjaga kesimbangan dalam memandang dan menyikapi praktik kehidupan beragama.</p> 2023-11-29T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/322 Doa sebagai Budaya Hidup dan Sarana Membina Karakter Kaum Muda 2023-11-15T15:21:46+00:00 Monika Ignatia monikasrmonikasfic@gmail.com <p>Doa merupakan hal yang sangat penting dalam hidup sebagai orang yang beriman kepada Tuhan. Melalui tulisan dengan judul “doa sebagai budaya hidup dan sarana untuk membina karakter kaum muda”, penulis ingin mengajak kaum muda lebih mengutamakan hidup doa alam kehidupan sehari-hari. Terlebih di dalam dunia yang modern saat ini, kehidupan doa, terutama untuk orang muda sangatlah penting. Berdoa dengan setia kepada Tuhan kiranya mampu membangun karakter yang baik bagi kaum muda, menjadi benteng agar terhindar dari penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan sehari-hari.&nbsp; Melalui pengamatan terhadap orang kaum muda, terjadi banyak masalah seperti pergaulan bebas, tidak peduli dengan sesama, individualis, emosional, dan kurang bijaksana dalam mengambil keputusan. Berdasarkan pengamatan tersebut, maka metode analisis yang digunakan yaitu melalui pengamatan, serta mendapatkan informasi dari literasi, orang-orang terdekat, teman, kenalan, masyarakat, guru, orang tua, serta informasi dari media sosial tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh orang muda. Melalui analisis tersebut penulis dapat memberikan solusi kritis serta bermanfaat bagi kaum muda untuk lebih tekun dan setia dalam doa, sehingga doa menjadi budaya baru dan menarik bagi kaum muda. Melalui doa yanng sungguh mendalam menjadikan kaum muda lebih berkarakter, dapat diandalkan, bertanggung jawab, disiplin, beriman, dan tabah tidak gampang menyerah. Kaum muda dapat meneladan pribadi Yesus yang berdoa lebih dulu sebelum melakukan segala sesuatu.</p> 2023-11-29T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/320 Nilai-Nilai Toleransi dalam Filsafat Hindu dalam Mewujudkan Moderasi Beragama 2023-11-13T10:59:06+00:00 Kadek Hemam Alini kadekhema@gmail.com <table> <tbody> <tr> <td width="643"> <p>Indonesia sebagai negara yang multikultur menjadi rentan akan terjadinya gesekan-gesekan. Agama sebagai salah satu dari perbedaan tersebut menjadi salah satu penyebab kedisharmonisan dalam masyarakat yang sering memicu terjadinya konflik antar agama. Diperlukan pemahaman dalam pemaknaan ajaran agama yang lebih mendalam serta peran orang suci dalam mengarahkan umatnya sebagai upaya untuk mencegah terjadinya steriotisasi agama yang dapat melahirkan segmen fundamentalis berupa fanatisme yang dapat memicu munculnya radikalisme. Melalui edukasi keberagaman, kejelasan aturan pemerintah, dialog antar umat beragama serta penguatan sosialisasi beragama diharapkan dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan toleransi untuk meredam munculnya tindakan-tindakan superioritas terhadap agama lainnya sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam moderasi beragama. Dengan menggunakan hermeneutika filosofis Gadamer sebagai metode, untuk melakukan analisis terhadap pemaknaan terhadap agama, nilai-nilai toleransi dan kerukunan serta persamaan perlakuan semua mahluk yang terdapat dalam kitab suci Hindu dan ajaran filsafatnya. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi sebagai salah satu indikator dalam moderasi beragama menjadi pondasi yang kuat dalam masyarakat untuk dapat menerima perbedaan-perbedaan yang ada. <em>Tat Tvam Asi</em> dalam ajaran Hindu merupakan pondasi nilai-nilai persamaan semua mahluk hidup yang melahirkan konsep <em>Vasudaiva Kutumbakam</em> yaitu konsep keharmonisan tentang kesatuan global dari seluruh makhluk di dunia dalam menjalin relasi kepada seluruh umat manusia tanpa mendiskriminasi satu sama lain meskipun memiliki perbedaan, baik agama, etnis, suku, bahasa dan lainnya.</p> </td> </tr> </tbody> </table> 2023-12-03T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING SEMINAR NASIONAL MODERASI BERAGAMA http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/324 Menggugat Simbol-Simbol Kekerasan Di Ruang Moderasi Agama 2023-11-15T15:23:20+00:00 Valensius Ngardi flavingardi@gmail.com <p>Masih ternyiang di telinga umat Paroki St. Paulus Pringgolayan saat ini, adalah perbincangan tentang sebuah kasus yang cukup menggelisahkan perasaan sesama warga di Kota Gede Bantul, Yogyakarta. Dimana, sekelompok oknum memotong sebuah nisan “Salib” di makam umum atas nama Albertus Slamet Sugihardi. Almarum adalah bagian dari warga RT 53 RW 13, Purbayan, Kotagede Yogyakarta. Peristiwa ini terjadi tanggal 17 Desember 2018. Banyak orang kecewa karena mencoreng nilai persaudaraan dan humanis antar warga budaya Yogyakarta. Fenomena sosial yang menggiring opini diskrimasi sosial dan agama ini, cukup menohok perasaan antar umat beragama saat itu. Berita ini pun cepat viral di media massa. Rupa-rupanya peristiwa chaos ini, semakin memancing emosi sesama umat dan menjadi hangat di kalangan warga ketika fenomena yang sangat sesentif ini diangkat ke ruang publik dengan mengecam arogansi oknum yang tidak manusiawi dan tidak bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya tanpa alasan yang mendasar dan elegan. Kasus berikutnya, lagi-lagi penodaan simbol, terjadi penutupan Patung Bunda Maria yang terletak di Rumah Doa Sasana Adhi Rasa St Yakobus, Kulon Progo, Yogyakarta 23 Maret 2023. Patung ini ditutup menggunakan kain terpal berwarna biru, atas dasar suruhan sekelompok orang yang tidak senang dengan pemandangan patung tersebut di mata mereka.</p> 2023-12-18T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEAGAMAAN http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/336 Mewujudkan Toleransi Antarumat di RT 002 RW 001 Dusun Pekau Desa Jerora Satu Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang 2023-11-20T07:58:10+00:00 Paulus Higang Paulushigang198612@gmail.com <p>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; <em>Sikap toleransi diperlukan dalam kehidupan masyarakat yang beragama. Masyarakat RT</em><em> 002 RW 001 dusun Pekau desa Jerora Satu kecamatan Sintang kabupaten Sintang sendiri memiliki keragaman. Namun keberagaman tersebut tidak serta merta menumbuhkan sikap intoleransi. Penelitian ini menggunakan metode library Research atau pendekatan penelitian perpustakaan pendekatan observasi dan pendekatan wawancara. Dengan adanya penelitian, diharapkan sikap toleransi di Masyarakat RT 002 RW 001 dusun Pekau desa Jerora Satu kecamatan Sintang kabupaten Sintang terus terjaga dan bisa mempengaruhi masyarakat di tempat lain.</em></p> 2023-12-19T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEAGAMAAN http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/334 Dialog dan Persahabatan Sosial pada Satu-satunya Perguruan Tinggi Katolik Negeri Pontianak di Indonesia: Memaknai Ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus 2023-11-30T07:31:19+00:00 Martinus martinusambawang123@gmail.com Herkulanus Pongkot pherkulanus@gmail.com Varetha Lisarani betzyvarethalisarani@gmail.com <p><em>Fratelli Tutti</em> (Saudara semua) merupakan salah satu ensiklik baru setelah Lumen Fidei dan Laudato si’&nbsp; yang bertujuan untuk membangun persaudaraan, persahabatan sosial tanpa batas; menemukan kepenuhan pribadi dalam diri sesama. Dalam penelitian ini dideskripsikan bagaimana semangat persahabatan sosial yang terjadi antar sesama dosen yang bekerja di STAKat Negeri Pontianak, mengingat latar belakang budaya dan agama yang beragam. Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh 20 responden diperoleh bahwa dosen di STAKat Negeri Pontianak berasa dari beragam suku antara lain suku Batak, Dayak, Flores, Jawa, Melayu, Nias, bahkan campuran Jawa-Dayak. Sedangkan untuk keragaman agama, terdapat 65% responden merupakan dosen beragama Katolik, 20% merupakan dosen beragama Kristen, dan 15% merupakan dosen beragama Islam. Berdasarkan hasil wawancara, telah terbentuk budaya dialog sosial menuju budaya baru di STAKat Negeri Pontianak. Secara spesifik, budaya baru yang dimaksud adalah budaya dialog untuk membangun bersama, dengan tetap memaklumi&nbsp; dan memfasilitasi perbedaan latar belakang rekan dosen, namun mengesampingkan kepentingan pribadi. Di lingkungan kerja dosen STAKat Negeri Pontianak sudah terjalin dialog autentik yangditandai dengan kesediaan mendengar dan mengerti pandangan orang lain atau kelompok, serta telah dilaksanakan untuk mencapai nilai-nilai permanen, stabil dan tidak bisa ditawar, bukan sekedar untuk mencapai kesepakatan sesaat. Dengan berjumpa dengan rekan dosen yang berbeda suku serta agama, maka akan terbentuk dialog, dan dimungkinkan bagi individu untuk menempatkan diri di posisi orang lain. Responden juga merasa optimis bahwa kedepannya dapat dibangun budaya kehidupan yang memulihkan sikap baik yang akan membentuk individu-individu yang memancarkan terang.</p> 2023-12-19T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEAGAMAAN http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/332 Agama dan Toleransi Beragama Pascakonversi Agama 2023-11-20T02:08:44+00:00 Felisitas Yuswanto joezzwanto123@gmail.com <p><span style="font-weight: 400;">Agama dan Toleransi Beragama merupakan salah satu perbincangan menarik pada zaman modern yang disertai kemajemukan suku dan agama. Tulisan ini merupakan salah satu dari pembahasan mengenai toleransi umat beragama yang didasarkan pada orang-orang yang telah mengalami perpindahan agama. Konversan atau orang yang telah berpindah agama memiliki pandangan baru mengenai agama yang telah dipilih. Hal ini tentunya membawa makna tersendiri bagi konversan dan memengaruhi kehidupan bersama dalam masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografis. Hasil penelitian yang ditemukan adalah sebagai berikut: Orang Dayak melakukan konversi adalah dari dorongan pribadi atau hati nurani sendiri dan ada pengaruh dari luar, dalam arti pasangan (bagi mereka yang akan menikah dengan orang yang berbeda agama), maupun dari masyarakat. Konversi agama merupakan kerinduan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik lagi. Perubahan yang terjadi pasca konversi agama dari fisik terlihat dari busana yang mereka pakai dan kegiatan peribadahan yang dilakukan bersama masyarakat. Toleransi yang semakin kuat dalam diri mereka karena dalam cara pandang kepada orang yang juga melakukan konversi agama lebih menerima dan memahami mengapa orang berani untuk melakukan konversi agama. Makna agama bagi orang Dayak pasca konversi agama adalah sebuah jalan hidup manusia, penuntun hidup manusia menuju pada Tuhan. Agama sangat penting dalam kehidupan manusia. Jika manusia tidak mengenal agama, maka hidup manusia tidak akan tertata dan akan jauh dari Tuhan. Agama merupakan salah satu bagian dari hidup manusia yang menata hidup manusia sesuai dengan kehendak Tuhan.</span></p> 2023-12-19T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEAGAMAAN http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/333 Nilai Resiprositas dan Moderasi Beragama dalam Tradisi Rambu Solo 2023-11-20T02:12:17+00:00 Jhon Daeng Maeja nyomanpaska@gmail.com Paskalis Edwin I Nyoman Paska nyomanpaska@gmail.com <p>Bangsa Indonesia adalah bangsa multikultural yang memiliki kekayaan materi dan non materi. Moderasi beragama diperkenalkan sebagai salah salah cara untuk merawat kekayaan Bangsa Indonesia. Dalam moderasi beragama terkandung indikator akomodatif terhadap kebudayaan lokal. Kebudayaan lokal bangsa ini dapat menjadi landasan moderasi beragama. Salah satu kebudayaan lokal berupa tradisi ialah rambu solo. Rambu solo merupakan tradisi upacara kematian orang Toraja. Tujuan penelitian ini ialah melihat nilai-nilai resiprositas dan moderasi beragama yang ada dalam rambu solo. Metode penelitian yang digunakan ialah kajian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiprositas merupakan pertukaran timbal balik antar individu dan kelompok. Resiprostas terdiri atas tiga bentuk yaitu resiprositas umum, resiprositas sebanding dan resiprositas negatif. Nilai-nilai resiprositas yang terkadung dalam rambu solo ialah resiprositas umum dan sebanding. Nilai-nilai moderasi beragama yang ada dalam rambu solo ialah sistem kekerabatan, nilai kebersamaan, nilai religi dan nilai agama. Kesimpulan penelitian ini ialah tradisi rambu solo mengandung nilai resiprositas dan moderasi beragama.</p> 2023-12-19T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEAGAMAAN http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/335 Tradisi Syukur atas Padi/Beras Baru Hasil Panen di Masyarakat Dayak Kanayatn 2023-11-30T07:32:23+00:00 Valentina Noviniska valentinaopay3@gmail.com <p><em>Masyarakat Dayak Kanayatn merupakan salah satu suku dayak yang masih memegang tradisi leluhur yakni Naik Dango. Tradisi yang dilakukan turun temurun ini menandakan bahwa masyarakat Dayak Kanayatn memiliki sifat religius yang menjunjug tinggi nilai-nilai adat mereka. Kehadiran agama Katolik di tengah-tengah mereka tidak serta merta menghilangkan budaya luhur tersebut. Tradisi Naik Dango masih terus dilakukan hingga sekarang bahkan tak jarang intensi syukur dalam ritual Naik Dango memperoleh tempat dalam Perayaan Ekaristi. </em>&nbsp;<em>Tulisan ini bertujuan tidak hanya mengulas bagaimana Gereja memandang tradisi Naik Dango sebagai ungkapan syukur manusia kepada Penciptanya atas berkat yang diterimanya tetapi juga mengulas makna simbol-simbol yang ada di dalam tradisi Naik Dango sehingga menjadi jelas alasan penerimaan tradisi Naik Dango di dalam Gereja.</em></p> 2023-12-19T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 PROSIDING PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEAGAMAAN http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/383 Konsep Desain Pembelajaran Berbasis Moderasi Beragama 2024-01-25T16:22:19+00:00 Amar Ma'ruf amarmaruf1806@gmail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan konsep desain pembelajaran berbasis moderasi <br>beragama yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah-sekolah yang memiliki <br>siswa dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Latar belakang penelitian ini adalah <br>adanya perbedaan agama di antara siswa yang dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran di <br>kelas. Oleh karena itu, diperlukan suatu konsep desain pembelajaran yang dapat <br>mempertimbangkan perbedaan agama tersebut. Metode yang digunakan adalah metode <br>Penelitian Kualitatif dengan Jenis Studi Pustaka. Penelitian kualitatif studi pustaka adalah <br>metode penelitian yang digunakan dalam penelitian konsep desain pembelajaran berbasis <br>moderasi beragama. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari sumber-sumber <br>tertulis, seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan Desain Pembelajaran <br>Berbasis Moderasi Beragama.Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep desain pembelajaran <br>berbasis moderasi beragama dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah-sekolah <br>yang memiliki siswa dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Konsep desain <br>pembelajaran ini mempertimbangkan perbedaan agama di antara siswa dan mengintegrasikan <br>nilai-nilai agama ke dalam pembelajaran. Selain itu, konsep desain pembelajaran ini juga <br>memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah <br>bahwa konsep desain pembelajaran berbasis moderasi beragama dapat meningkatkan efektivitas <br>pembelajaran di sekolah-sekolah yang memiliki siswa dengan latar belakang agama yang <br>berbeda-beda. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa guru-guru dapat menggunakan konsep <br>desain pembelajaran ini untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas yang memiliki <br>siswa dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Selain itu, konsep desain pembelajaran <br>ini juga dapat diadaptasi untuk digunakan di sekolah-sekolah lain yang memiliki siswa dengan <br>latar belakang agama yang berbeda-beda.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/384 Makna Tradisi Naik Dango bagi Masyarakat Suku Dayak Kandayant 2024-01-26T06:44:21+00:00 Dinase Dinase dianblandina306@gmail.com <p>Upacara Tradisi Naik Dango Suku Dayak Kandayant diadakan setiap setahun sekali, di beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Barat, antara lain Kabupaten Landak, Kota Pontianak, dan Kabupaten Sanggau. Naik Dango merupakan upacara adat yang dilaksanakan sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan&nbsp; hasil panen padi, dan hasil panen lainnya sebagai hasil usaha lainnya selama satu tahun, maka bagi masyarakat suku Dayak merupakan kewajiban untuk dipersembahkan dan disyukuri&nbsp; kepada&nbsp; (Jubata) sebagai Tuhan Sang pencipta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi lapangan, dalam mengkaji fenomena makna Tradisi Naik Dango bagi masyarakat suku Dayak Kandayant di Kabupaten Landak. Melalui hasil wawancara ke dua orang narasumber, diketahui bahwa tradisi Naik Dango memiliki makna yang sangat luhur untuk tetap diwariskan secara turun temurun, kepada generasi penerus suku Dayak Kandayant, karena mengangkat nilai-nilai religi dan semakin menumbuhkan nilai-nilai kesatuan&nbsp; sebagai suku bangsa yang&nbsp; memiliki budaya yang santun. Naik Dango dimaknai sebagai simbol ketaatan masyarakat suku Dayak Kandayant kepada Tuhan, agar tetap terus diwarisi dan&nbsp; dipertahankan&nbsp; sebagai tradisi yang luhur yang memiliki nilai- nilai religi&nbsp; bagi generasi penerus secara regenerasi bagi masyarakat suku Dayak pada umumnya. Masyarakat Dayak Kandayant kiranya semakin menumbuhkan&nbsp; semangat kesatuan antar suku Dayak dengan suku lainya, sehingga mampu saling menghargai dan memupuk semangat toleransi sebagai suku bangsa yang menjunjung nilai-nilai kesatuan&nbsp; yang berbudaya dan&nbsp; bertakwa kepada Tuhan yang maka Esa.</p> 2024-01-03T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/385 Keluarga sebagai Ecclesia Domestica (Gereja Rumah Tangga) di Era Komunikasi Digital 2024-01-26T06:50:35+00:00 Emiliana Evi Hendriani emilianaevihendriani@gmail.com <p>Artikel&nbsp; ini membahas tentang keluarga sebagai <em>ecclesia domestica</em> (gereja rumah tangga) di era komunikasi digital. Masalah penelitian yang diangkat adalah dampak positif dan negatif media komunikasi terhadap komunikasi keluarga dan panggilan keluarga Kristen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang keluarga sebagai <em>ecclesia domestica</em> di era komunikasi digital, serta untuk mengetahui dampak penggunaan media komunikasi terhadap komunikasi keluarga dan panggilan keluarga Kristen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media komunikasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap komunikasi keluarga. Dampak positifnya adalah memudahkan komunikasi antar anggota keluarga yang jaraknya jauh, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat mengganggu interaksi langsung antar anggota keluarga. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa keluarga sebagai <em>ecclesia domestica</em> dapat membantu keluarga dalam memperkuat iman dan keharmonisan keluarga. Studi ini merekomendasikan untuk meningkatkan harmoni keluarga dengan membuat keluarga menjadi prioritas dan mengakui pentingnya sebagai inti Gereja. Partisipasi dalam program pastoral Gereja sangat dianjurkan.</p> 2024-01-03T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/386 Menanamkan Sikap Militan Kepada Siswa-siswi Kelas 11 SMA Negeri 1 Nanga Pinoh dengan Bercermin pada Militansi Iman Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus 2024-01-28T00:19:14+00:00 Hendrianus Wendi wendiomi@gmail.com <p>Ada kegelisahan dari Gereja Katolik lokal di Keuskupan Sintang terhadap lemahnya iman kaum muda. Hal ini mau mengambarkan bahwa militansi iman sangat penting bagi umat Katolik dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Namun di era modern, semakin banyak kaum muda kehilangan semangat dalam beriman. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang semangat militansi beriman kaum muda dengan sampel siswa-siswi Katolik di sekolah negeri. Bentuk atau metode penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. penelitian deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Temuan hasil penelitian yaitu bahwa militansi beragama mengacu pada sikap atau tindakan yang menunjukkan komitmen yang kuat terhadap agama dan keyakinan tertentu. Ini dapat mencakup kedewasaan iman yang aktif dalam mempraktikkan keyakinan, mempertahankan keyakinan tersebut, serta menentang atau melawan pandangan dan praktik yang dianggap bertentangan dengan keyakinan tersebut. Perjalanan iman Paulus yang militan dapat dilihat dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus. Dalam surat ini, Paulus membahas berbagai masalah dan tantangan dalam gereja Korintus sambil menekankan pentingnya untuk tetap berpegang teguh pada ajaran Yesus.Temuan ini juga dikorelasi dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat militansi iman siswa Katolik di SMA Negeri 1 Nanga Pinoh rendah dalam hal pengetahuan dan pemahaman tentang tokoh-tokoh penting dalam Alkitab, khususnya Rasul Paulus. Namun, penelitian ini juga menekankan pentingnya latar belakang keluarga, pengetahuan ajaran Katolik, dan ketaatan pada ajaran moral dalam membentuk militansi iman para siswa.Hasil penelitian itu menghasilkan rekomendasi bahwa penting bagi semua orang Katolik untuk meningkatkan militansi iman dengan mendalami tokoh-tokoh di Alkitab khususnya Rasul Paulus, siswa aktif beribadah, bersikap menghargai sesama dan melibatkan keluarga dan lingkungan dalam membentuk militansi mereka agar dapat menjalankan kehidupan sebagai orang Katolik yang baik dan benar.</p> 2024-01-08T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/387 Beragama Tanpa Kekerasan (Analisis Pemikiran Armada Riyanto dan Kontribusinya bagi Skema Moderasi Beragama di Indonesia) 2024-01-28T00:24:11+00:00 Romanus Piter fransromanus99@gmail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi pemikiran Armada Riyanto tentang pluralitas agama di Indonesia yang kerap menampilkan fenomena kekerasan. Elaborasi ini bermaksud menemukan solusi bagi kasus-kasus kekerasan yang tali temali dengan agama di Indonesia. Sejatinya pluralitas agama di Indonesia merupakan harmoni dan keindahan hidup bersama untuk menciptakan masyarakat yang adil dan damai. Akan tetapi, tak dapat disangkal bahwa agama kerap menjadi biang bagi kasus-kasus intoleransi, konflik, kekerasan, diskriminasi bahkan persekusi. Dalam penelitian ini hasil elaborasi pemikiran Armada Riyanto memberi kontribusi bagi skema moderasi beragama di Indonesia. Metodologi penelitian ini adalah studi fenomenologi dengan pendekatan deskriptif-elaboratif. Hasil penelitian ini menemukan hidup beragama di Indonesia yang kerap tali temali dengan kekerasan dapat diatasi dengan tiga skema moderasi beragama. Pertama, tokoh agama, pemerintah dan masyarakat mesti berani menyuarakan nilai-nilai baik dalam agamanya tanpa mengandung usnsur eksklusivisme ekstrem terhadap penganut agama yang berbeda dengannya. Kedua, membangun persaudaraan sejati dalam lingkungan pertemanan seperti di sekolah, kampus, kantor atau tempat kerja lainnya, tempat tongkrongan, para tetangga dan dengan siapa saja yang dijumpai sehari-hari. Ketiga, membangun kerja sama di antara para subjek beragama yang berorientasi pada pengangkatan martabat manusia.</p> 2024-01-08T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/388 Spiritualitas Persaudaraan Kaum Muda Katolik dalam Masyarakat Multikultur di Kota Pontianak: Suatu Analisis Berdasarkan Ensiklik Fratelli Tutti 2024-01-28T00:30:33+00:00 Tri Setiawati wati123452@gmail.com <p>Penelitian ini berjudul Spiritualitas Persaudaraan Kaum Muda Katolik dalam Masyarakat Multikultur di Kota Pontianak: Suatu Analisis Berdasarkan Ensiklik Fratelli Tutti dari Paus Fransiskus. Latar belakang dari penelitian ini adalah keanekaragaman suku dan budaya yang ada di kota Pontianak dan minimnya pemahaman kaum muda tentang interaksi dalam keberagaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui spiritualitas persaudaraan kaum muda Katolik di tengah masyarakat multikultur berdasarkan ensiklik Fratelli Tutti. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Narasumber dari penelitian ini terdiri dari Penyelenggara Bimbingan Masyarakat Katolik, dosen Pendidikan Agama Katolik di Universitas Tanjungpura dan Politeknik Negeri Pontianak, serta dua puluh mahasiswa yang terdiri dari sepuluh mahasiswa Universitas Tanjungpura dan sepuluh mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak. Data diperoleh dengan observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah pertama Kota Pontianak merupakan kota yang beragam, baik dari sisi suku, agama dan budayanya. Namun, meskipun penduduknya beragam sejauh ini belum pernah terjadi konflik yang menimbulkan kekacauan seperti yang terjadi di masa lalu. Kedua, Dialog dan hidup persaudaraan kaum muda Katolik di kota Pontianak terjalin dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan ajakan dari Bapa Suci Paus Fransiskus dalam ensikliknya, Fratelli Tutti (saudara semua). Tiga, dalam kehidupan masyarakat yang multikultur, kita semua diajak untuk menanamkan sikap toleransi kepada sesama kita agar tidak terjadi konflik. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kaum muda Katolik dapat menjiwai semangat persaudaraan di tengah masyarakat yang multikultur.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/389 Implementasi Pendidikan Karakter Religius Terhadap Perilaku Siswa Sebagai Bentuk Moderasi beragama Di SMP Karya Budi Putussibau 2024-01-28T00:56:25+00:00 Libertus Libertus boscoyohanes923@gmail.com <p>Latar Belakang masalah yang dibahas ialah Implementasi Pendidikan Karakter Religius Terhadap Perilaku Siswa Sebagai Bentuk Moderasi Beragama di SMP Karya Budi Putussibau. Tujuan dari Penelitian ini, untuk mengetahui&nbsp; Implementasi Pendidikan Karakter Religius Terhadap Perilaku Siswa Sebagai Bentuk Moderasi Beragama di SMP Karya Budi Putussibau, yakni membuka tahun ajaran pelajaran baru dengan Perayaan Ekaristi, Sebelum KBM merenungkan isi ayat Alkitab, Membuka dan mengakhiri pelajaran dengan doa, bertugas di gereja pada hari minggu. Pada bulan Kitab Suci Nasional mengadakan beraneka macam perlombaan kerohanian, retret tahunan, berziarah dan berdoa Rosario ke Gua Maria pada bulan Maria. Bentuk Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif kualitatif. Sumber data yang dilakukan dalam penelitian adalah: wawancara dengan Kepala SMP Karya Budi Putussibau, wawancara dengan Waka Kesiswaan, wawancara dengan Guru Agama Katolik dan Budi Pekerti, wawancara dengan Guru Badan dan Konseling, wawancara dengan Wali kelas VII, wawancara dengan Wali kelas VIII, wawancara dengan Wali kelas IX, wawancara dengan Siswa kelas VII sepuluh orang, wawancara dengan Siswa kelas VIII sepuluh orang, dan wawancara dengan Siswa kelas IX sepuluh orang. Alat pengumpulan data berupa observasi dan Pedoman wawancara. Penelitian 1-2 bulan (Juli 2023). Kesimpulan dan implikasi penulisan ini&nbsp; menunjukkan bahwa dampak pendidikan karakter religius terhadap perilaku siswa di SMP Karya Budi Putussibau, yakni: toleransi, disiplin, saling menghargai antar teman maupun guru, solidaritas, membuang sampah pada tempatnya, mengikuti kegiatan misdinar di Gereja, lektor, lektris, pemazmur, mengikuti pendalaman Kitab Suci pada Bulan BKSN, retret, dan koor pada Perayaan Ekaristi Hari Minggu di Gereja.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/390 Penggunaan Simbol Keagamaan Katolik Dalam Ritual Ilmu Kebal: Pratik Sinkritisme (Studi Kasus Literasi Keagamaan Di Kalimantan Barat) 2024-01-28T14:34:55+00:00 Arius Arifman Halawa arif_hlw@yahoo.co.id Lukas Ahen ahenlukas66@gmail.com Cenderato Cenderato x67cool@gmail.com <p>Gereja Katolik sangat menghargai adat istiadat dan budaya manusia sebab Gereja mengakui bahwa adat dan budaya merupakan salah satu cara manusia mengungkapkan dan mengembangkan kemanusiaannya. Pada kenyataannya sering kali juga memasukan unsur-unsur seni budaya dalam simbol-simbol liturgis sebagai bentuk pengungkapan iman kepada Tuhan. Ada banyak nyanyian liturgis yang menggunakan nyanyian etnik, gambar dan bentuk bangunan yang bermotif adat dan budaya tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan simbol-simbol keagamaan Katolik yang dilakukan oleh sekelompok Orang Muda Katolik di Kalimantan Barat dalam melakukan praktik ilmu kebal. Praktik ini justru mengalami percampuran yang menciptakan suatu sinkretisme agama dan bertentangan dengan iman Katolik. Adapun persoalan yang diteliti adalah: Bagaimana penggunaan simbol keagamaan Katolik dalam pelestarian adat Dayak di Kalimantan Barat? Bagaimana pandangan pimpinan Gereja Katolik terhadap penggunaan simbol-simbol keagamaan Katolik dalam pelestarian adat Dayak di Kalimantan Barat? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan instrument Wawancara dan Angket. Simbol-simbol memang sering digunakan dalam ritual kekebalan terutama saat kegiatan-kegiatan budaya Dayak, misalnya lambang salib, Rosario, patung Yesus/Buda Maria dengan berbagai ukuran. Selain itu, juga digunakan doa-doa pokok Katolik, misalnya dibuka dengan tanda salib, Doa Bapa kami, Doa Salam Maria dan Doa Aku Percaya. Dari sisi gereja, kegiatan/praktik ilmu kekebalan dihargai karena merupakan kearifan local yang perlu diapresiasi. Namun, secara teologis penggunaan simbol-simbol tersebut bertentangan dengan ajaran Gereja karena penggunaannya tidak pada tempatnya, bertentangan dengan maksud dan tujuan keberadaannya. Peneliti akan melaksanakan penelitian di Kalbar yang tersebar di beberapa kabupaten: Kota Pontianak, Kubu Raya, Kabupaten Landak, Kabupaten Mempawah, Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sekadau.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/391 Harmoni Beragama melalui Pendidikan: Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Generasi Moderat 2024-01-28T14:40:28+00:00 Rizky Habib Nurhakim rizkyhabibn@gmail.com Putri Handayani Lubis putrihandayani.lubis4890@gmail.com Rizki Susanto rizkisusanto@iainptk.ac.id <p>Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui nilai moderasi dan implementasi nilai moderasi dalam Pendidikan agama Islam di SMAN 01 Sungai Raya Kepulauan. Artikel ini menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian tentang peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk Generasi Moderat menunjukkan bahwa: 1) penanaman nilai moderasi beragama, khususnya toleransi sudah diterapkan secara maksimal melalui pengajaran oleh Guru PAI. Pengajaran nilai-nilai toleransi dilakukan dengan metode ceramah dan praktik serta dengan berbagai kegiatan yang didukung oleh komunitas yang ada di sekitar sekolah. Guru PAI juga mengajarkan nilai-nilai toleransi dengan memanfaatkan situasi nyata dan kasus-kasus yang ada di sekolah serta di luar sekolah. Pengajaran yang dilakukan guru PAI sangat diterima baik oleh peserta didik. Peserta didik juga dapat mempraktikkan nilai-nilai toleransi di sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat; 2) faktor pendukung dalam menanamkan nilai-nilai toleransi yaitu sekolah itu sendiri. Sekolah memiliki fasilitas, lingkungan dan tenaga pengajar yang kondusif dalam menanamkan nilai-nilai toleransi. Sekolah juga menjalin kerjasama dengan kementerian agama Kabupaten Bengkayang, penyuluh agama. Selain itu, peserta didik juga termasuk faktor yang mendukung dalam menanamkan nilai toleransi. Peserta didik telah merespon baik dalam pengajaran nilai-nilai toleransi yang diberikan oleh sekolah dan guru PAI. Faktor penghambat dalam penanaman nilai-nilai toleransi yaitu kepada peserta didik itu sendiri. Tingkat pemahaman yang berbeda-beda, ego dan karakteristik yang berbeda dari peserta didik dapat menjadi faktor penghambat dalam menanamkan nilai-nilai toleransi.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/392 Implementasi Penguatan Moderasi Beragama Melalui Natal Bersama Di Sdn 05 Setabar 2024-01-28T14:48:39+00:00 Agapitus Gagas gagasbalank@gmail.com <p>Moderasi beragama tidak hanya terbatas pada konsep belaka, dalam pelaksanaannya program ini harus diaplikasikan dengan cara memberi ruang dan waktu kepada semua umat yang ada pada saat adanya kegiatan-kegiatan keagamaan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji penguatan moderasi beragama yang sudah ada dilakukan di lingkungan sekolah SDN 05 Setabar jauh sebelum istilah moderasi beragama muncul. Salah satunya adalah dengan melaksanakan Natal Bersama di lingkungan sekolah dengan sistem bergantian antara agama Katolik dan agama Kristen sebagai pelaksana (<em>host</em>) acara secara berkesinambungan. Namun demikian, kegiatan tersebut perlu disempurnakan agar dapat menjadi kegiatan bersama yang utuh tanpa memandang perbedaan agama. Seperti melibatkan kelompok agama lain diluar dari agama yang menjadi pelaksana Natal Bersama dalam kegiatan hiburan atau <em>ice breaking</em>. Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan dan deskriptif kualitatif, melalui observasi dan wawancara. Ditemukan adanya partisipasi aktif anggota sekolah yang beragama di luar agama pelaksana Natal Bersama, seperti ikut ambil bagian pada saat persiapan kegiatan, ikut ambil bagian pada saat sesi acara hiburan dan ice breaking, Tulisan ini memiliki implikasi nilai keberagaman dan keterlibatan semua umat manusia dalam suatu perayaan keagamaan seperti Natal Bersama yang dilaksanakan di lingkungan sekolah.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/393 Upaya Membangun Moderasi Beragama Melalui Literasi Kitab Suci di SMAN 2 Tana Toraja 2024-01-28T14:53:25+00:00 Ibrahim Rubak cadiloibe@gmail.com <p>Upaya membangun moderasi beragama melalui literasi Kitab Suci di SMAN 2 Tana Toraja bertujuan untuk membangun pemahaman makna moderasi beragama terhadap peseta didik SMAN 2 Tana Toraja. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Tana Toraja sebagai usaha mengeksplorasikan bagaimana peserta didik memahami dan menerapkan moderasi dalam mengaplikasikan iman dan ketakwaan melalui literasi Kitab Suci. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif, mengumpulkan data melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen. Pendidikan Agama di SMAN 2 Tana Toraja berperan aktif dalam menggalakkan moderasi beragama melalui literasi Kitab Suci. Penelitian ini juga memberikan wawasan tentang pentingnya literasi kitab suci dan diskusi tentang agama yang berbeda untuk menumbuhkembangkan penghargaan terhadap perbedaan agama, dan mempengaruhi perilaku peserta didik sehari-hari.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/394 Makna Pastoral Keluarga dalam Tradisi Adat Nyurong Buis Pekain Suku Dayak Sekubang 2024-01-28T14:58:35+00:00 Junita Junita yunitaeta91@gmail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna pastoral keluarga di dalam tata upacara dan simbol yang digunakan dalam upacara perkawinan adat Nyurong Buis Pekain Dayak Sekubang dan dalam perayaan perkawinan menurut iman Katolik, serta ingin melihat makna-makna apa saja yang terkandung di dalam tata upacara perkawinan adat Dayak tersebut. Perayaan perkawinan menurut iman Katolik, mengetahui persamaan dan perbedaan makna yang terdapat dalam perkawinan adat Dayak Sekubang dan dalam perkawinan menurut iman Katolik. Dengan demikian pembahasan dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan menurut iman Katolik dan perkawinan menurut adat Dayak Sekubang memiliki persamaan dan perbedaan dilihat dari segi rangkaian upacara dan simbol-simbol yang digunakan. Pemahaman pada persamaan dan perbedaan yang baik membuat masyakat Dayak Sekubang dapat mengimani agama Katolik dengan melihat persamaan yang ada. Persamaan itu dapat dilihat dari makna dan maksud yang sama untuk mencapai tujuan kebahagiaan dan keluhuran dari sebuah perkawinan tersebut untuk dapat mencapai kepenuhan hidup dalam imannya kepada Allah. Secara praktis temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan persiapan katekese perkawinan Katolik bagi masyarakat Dayak Sekubang.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/395 Upacara Nyunggak 2024-01-28T15:02:14+00:00 Elisabeth Agatha agathaelisabeth08@gmail.com <p>Gereja Katolik di Desa Kenerak sudah lebih satu abad,&nbsp; di tengah-tengah orang Dayak Suaid dan hampir seratus persen masyarakat sudah beragama (Katolik), tetapi kenyataannya upacara-upacara adat dalam masyarakat masih tetap terus dilaksanakan di berbagai tempat. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk meneliti, khususnya upacara Nyunggak. Untuk mengkajinya, penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana relevansi antara upacara Nyunggak dan Sakramen Pembaptisan. Metode penelitian&nbsp; kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dengan orang adat Suku Dayak Suaid Desa Kenerak dan mendokumentasikannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Nyunggak merupakan tradisi Suku Dayak Suaid yang dipercaya sebagai upacara penyerahan kepada leluhur untuk menjaga anak sebelum adanya agama.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 http://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/view/396 Hidup Beragama Dalam Lingkungan Persekolahan Katolik 2024-01-28T15:06:06+00:00 Yohanes Indrawono untility.123@gmail.com <p>Beragama merupakan sebuah prinsip yang ada dalam kehidupan manusia dan setiap orang yang beragama. Agama sangat mempengaruhi perilaku dan relasi dengan sesame dilingkungan masyarakat terlebih dilingkungan persekolahan. Sekolah merupakan salah satu tempat berkembangnya pribadi &nbsp;seingga dapat hidup dan tumbuh dalam segala hal, yakni agama, adat istiadat, suku, dan bangsa itu sendiri, sangat relevan dengan lingkungan belajar dan menjunjung tinggi kebhinekaan. Mengargai dan saling mendukung dalam sebuah moderasi agama dalam Pendidikan&nbsp; pertama dalam lingkungan sekolah dapat menanggapi berbagai masalah agama dan peradaban dilingkungan belajar yang beragam karakter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana moderasi beragama, empati dan kepedulian warga sekolah di lingkungan persekolahan katolik. Penelitian ini menggunakan (penelitian lapangan), yaitu observasi. Dalam hal ini juga peneliti melakukan wawancara dengan warga sekolah. Hasil dari penelitian ini adalah warga sekolah lingkungan persekolahan katolik yang saling menerima, saling menghormati, saling membantu, dan saling melindungi tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan yang ada. Hal inilah yang membuat warga sekolah dapat hidup dengan damai, aman dan tentram.</p> 2024-01-09T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024